Di awal kitab Kejadian (Kejadian 4:21) telah
ditunjukkan bahwa Allah adalah Pencipta musik dan menyukai musik.
Allah-lah sumber inspirasi musik. Bahkan, Lucifer mewarisi potensi musik
dari Allah. "Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi
gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan
cacing-cacing sebagai selimutmu. Wah, engkau sudah jatuh dari langit,
hai Bintang Timur, putra Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke
bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!" (Yesaya 14:11,12, bandingkan
dengan Yehezkiel 28:12).
Pada zaman pemerintahan theokrasi, melalui para nabi,
hakim dan imam, juga pada zaman raja-raja; Allah memberi porsi yang
banyak terhadap musik. Raja Daud telah menempatkan musik secara
istimewa: ada orang-orang tertentu yang digaji sebagai tenaga penuh
untuk memuji Tuhan siang dan malam; ada jabatan dan aturan-aturan yang
ditentukan untuk mereka, ditempatkan di bilik-bilik tertentu, dilengkapi
dengan pakaian seragam dan alat-alat musik lengkap. "Inilah orang-orang
yang ditugaskan oleh Daud memimpin nyanyian di rumah TUHAN sejak tabut
itu mendapat tempat perhentian. Di hadapan Kemah Suci, yakni Kemah
Pertemuan, mereka melayani sebagai penyanyi sampai Salomo mendirikan
rumah Tuhan di Yerusalem. Mereka melakukan tugas jabatannya sesuai
dengan peraturannya" (1 Tawarikh 6:31,32). "Dan inilah para penyanyi,
kepala-kepala puak orang Lewi, yang diam di bilik-bilik dan bebas dari
pekerjaan lain, sebab siang dan malam mereka sibuk dengan pekerjaannya"
(1 Tawarikh 9:33).
Sangat menarik untuk disimak bahwa Alkitab menyebut
800 kali lebih hal-hal yang berkaitan dengan liturgi (tata cara kudus)
dan musik:
- Kelahiran seorang Putra dari seorang perawan disebut 2 kali
- Misi disebut 12 kali
- Pembenaran disebut 70 kali
- Penyucian disebut 72 kali
- Pertobatan disebut 110 kali
- Baptisan disebut 80 kali
- Menari disebut 5 kali
- Bersorak disebut 65 kali
- Mengucap syukur disebut 135 kali
- Menyanyi disebut 287 kali
- Bersukacita disebut 288 kali
- Memainkan alat musik disebut 317 kali
- Memuji disebut 332 kali
Hal ini tidak berarti bahwa doktrin-doktrin dasar
tentang keselamatan tidak penting. Namun, angka-angka di atas
menunjukkan betapa banyak, baik, dan sering seharusnya kita mengucap
syukur atas keselamatan yang kita terima. Dan, seharusnya kita juga
semakin mengenal Allah yang kita puji dan sembah. Rasul Paulus yang
begitu hebat, dengan rendah hati senantiasa ingin mengenal Tuhan-nya
lebih dalam lagi. "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku
menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya" (Filipi 3:10).
Pemazmur dalam Mazmur 100:1-4 menasihati kita untuk
menghadap Tuhan dan masuk hadirat-Nya dengan musik dan pujian. "Mazmur
untuk korban syukur. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi!
Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya
dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHAN-lah Allah; Dialah yang
menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba
gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian
syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah
kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!"
Begitu pentingnya musik dalam gereja, sehingga tidak
heran tokoh reformasi kita, Martin Luther, pernah berkata: "Next after
theology, we give the greatest honor to music; let it be music, we will
make it as sacred as it needs be." (Setelah theologia [doktrin/firman],
mari kita beri penghargaan tertinggi kepada musik; biarlah ada musik,
dan kita akan menguduskannya sebagaimana seharusnya.) Begitulah umat
Tuhan dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan zaman reformasi
menempatkan musik. Bagaimana dengan kita sekarang? Apakah kita serius
terhadap musik? Dan, apakah kita memanfaatkan musik secara positif dan
menempatkannya sesuai proporsinya di dalam gereja?
Firman Tuhan menasihatkan kita, "Sebab itu, marilah
kita, melalui Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada
Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya" (Ibrani 13:15).
Pemberian kita untuk Tuhan tidak hanya berupa kesaksian dan materi atau
uang, tetapi juga dapat berupa "ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya".
Tuhan akan menghargai pemberian kita itu sebagai korban syukur kita
kepada-Nya. Ini kesempatan yang luar biasa, bukan?
Karena itu, berikanlah yang terbaik untuk Tuhan.
Itulah yang dikehendaki Tuhan, "Biarlah kamu juga dipergunakan sebagai
batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat
kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus
Kristus berkenan kepada Allah" (1 Petrus 2:5).
Dan, inilah maksud dan tujuan buku ini, agar kita
semakin mengerti betapa hebatnya pujian dan penyembahan itu. Dengan
demikian, kita dapat memanfaatkannya dengan baik dan tepat guna.
No comments:
Post a Comment